Menurut
Sugihartono dkk, (2007) mengatakan bahwa pola asuh adalah pola perilaku yang
diterapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu kewaktu. Pola asuh yang
diterapkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Pola perilaku ini
dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Pola asuh juga dapat
memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan
Menurut Atkison,dkk (1996), kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir
yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Definisi
tersebut menunjukkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang cenderung untuk
bertindak atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi.
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
1. Pola asuh Demokratis
2. Pola asuh Otoriter
3. Pola asuh Permisif
4. Pola asuh Penelantar.
a.
Pola asuh Demokratis
pola
asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini
juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya
kepada anak bersifat hangat.
karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan
baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal
baru, dan koperatif
b. Pola
asuh otoriter
cenderung
menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan
ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak
bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum.
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang
tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal
kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini
tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
menghasilkan
karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar
menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarikdiri
c. Pola
asuh Permisif
atau
pemanja biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup
darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai
oleh anak. menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak
patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri.
d.
Pola asuh Penelantar.
Orang
tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka,
seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka.
Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada
ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan
perhatian
fisik maupun psikis pada anak-anaknya. menghasilkan karakteristik anak-anak
yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah,
Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
§
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang
Tidak Bekerja terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk
selama tahun pertama, sangat menentukan seberapa jauh individu-individu
berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua.
Kenyataan tersebut menunjukkan pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua
pada anaknya pada masa kanak-kanak. Dasar-dasar tersebutlah yang akan dibawa
sampai masa tua.
Tidak dapat
dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya adalah
dalam keluarga. Di dalam keluarga untuk pertama kalinya anak mengenal aturan
tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus bisa
memberikan pendidikan dasar yang baik kepada anak-anaknya agar nantinya bisa
berkembang dengan baik.
Kenyataan
yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan
terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Keadaan ini biasanya terjadi
pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja.
Anak-anak
kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena keduanya
sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Sedangkan anak pada usia ini
sangat mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan
kepribadian. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang
pengasuh yang dibayar orang tua untuk menjaga dan mengasuh, belum tentu anak
mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh.
Anak yang
ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang
tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan anak seharian.
Sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus
kesalahanya tersebut tanpa berfikir lebih lanjut permintaan anak baik atau tidak
untuk perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan dari
orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik
dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat
mereka di rumah. Anak suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat
keributan di rumah dan melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal orang
lain. Semua perlakuan anak tersebut dilakukan hanya untuk menarik perhatian
orang lain karena kurangnya perhatian dari orang tua.
Sedangkan
orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan
anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi
kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak
selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak
bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk
bersikap mandiri.
§
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi
dan Berpendidikan Rendah Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Latar
belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap
perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi
umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan
orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan
kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya
dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun
dalam hal lain.
Berbeda
dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam
pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan
anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui
tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa
anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara
mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola
asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang
baik.
§
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi
Menengah Keatas dan Menengah Kebawah
Permasalahan
ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering dihadapi. Tanpa disadari
bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan berdampak pada anak. Orang tua
terkadang melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. Anak
usia prasekolah yang belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga
hanya akan menjadi korban dari orang tua.
Dalam pola
asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah keatas
dan orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah berbeda. Orang tua
yang tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang
tua memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang
tua. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang
tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan
kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak.
Anak yang
terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu kepribadian
yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan
anak akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang
menghormati orang yang lebih rendah darinya.
Sedangkan
pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara
pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi.
Orang tua hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi
anak. Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan.
Anak yang
hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala
kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang
mandiri, mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam
menghadapi suatu permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain.
Pada
kenyataannya terdapat juga anak yang minder dengan keadaan ekonomi orang tua
yang kurang. Oleh karena itu, peran orang tua dalam hal ini sangat penting.
Orang tua harus menyeimbangkan dengan pendidikan agama pada anak. Sehingga anak
mampu mensyukuri segala yang telah diberikan oleh sang Pencipta.