Pages

Jumat, 10 Januari 2014

Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat

Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial berasal dari kata atau bahasa latin yaitu “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam sosiologi, startifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyrakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat. Stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukan adanya pembedaan dan atau pengelompokkan suatu kelompok sosial secara bertingkat.
Misalnya pada komunitas tersebut, terdapat strata tinggi, sedang, rendah. Pembedaan atau pengelompokkan ini didasarkan pada adanya suatu simbol-simbol tertentu yang dinilai dan dianggap berharga. Baik berharga dan bernilai secara sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi lainnya. Simbol tersebut misalnya yaitu kekayaan, pendidikan, jabatan, ketaat-at beragama, dan pekerjaan.
Dengan kata lain, selama dalam suatu kelompok sosial ada sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai, dan jika dalam suatu kelompok sosial pasti ada yang dianggap berharga atau bernilai, maka selama itu pula akan ada stratifikasi sosial dalam kelompok sosial tersebut.

Secara sosiologis, konsep stratifikasi sosial memang kalah dengan istilah kelas sosial. Dimana pada awalnya kelas sosial menurut Ralf Dahrendorf(1986), dipernalkan pertamakali oleh penguasa romawi kuno. P pada wktu itu,istilah kelas sosial digunakan pada konteks penggolongan pada masyarakat terhadap pembayar pajak. Ketika itu ada dua masyarakat, yaitu golongan kaya dan miskin.

Status Sosial dan Kedudukan

Stratifikasi sosial dengan status sosial berbeda. Yang membedakannya adalah status sosial atau kedudukan sosial merupakan suatu unsur yang membentuk terciptanya stratifikasi sosial, sedangkan stratifikasi sosial adalah pelampiasan sosial yang disusun dari status-status sosial. Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise-nya, dan hak-hak serta kewajibannya.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu :
1.    Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Pada umumnya ascribed status dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat feodal (bangsawan, kasta).
2.    Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu Assigned status yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned status sering memiliki hubungan erat dengan achieved stastus.

Ada banyak dimensi yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan stratifikasi sosial yang ada dalam suatu kelompok sosial (Svalastoga 1989), misalnya:
Dimensi kepemilikan kekayaan (diteorikan Koentjaraningrat), sehingga ada strata wong sugih dan wong cilik. Awalnya dimensi ini digunakan untuk melakukan identifikasi pada masyarakat jawa, maka yang disebut kepemilikan kekayaan akan terfokus pada simbol-simbol eknomi yang lazim dihargai.

Teori Pembentukan Pelapisan Sosial

Diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mempunyai potensi untuk menimbulkan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Diferensiasi sosial merupakan pengelompokan masyarakat secara horizontal berdasarkan pada ciri-ciri tertentu. Berbeda dengan ketidaksamaan sosial yang lebih menekankan pada kemampuan untuk mengakses sumberdaya, diferensiasi lebih menekankan pada kedudukan dan peranan.
Stratifikasi sosial dapat terjadi sejalan dengan proses pertumbuhan atau dibentuk secara sengaja dibuat untuk mencapai tujuan bersama. Seperti apa yang dikemukakan Karl Marx yaitu karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik sosial, dan hak kepemilikan.

Pembagian Kerja

Jika dalam sebuah masyarakat terdapat pembagian kerja, maka akan terjadi ketergantungan antar individu yang satu dengan yang lain. Seorang yang sukses dalam mengumpulkan semua sumber daya yang ada dan berhasil dalam kedudukannya dalam sebuah masyarakat akan semakin banyak yang akan diraihnya. Sedangkan yang bernasib buruk berada di posisi yang amat tidak menguntungkan. Semua itu adalah penyebab terjadinya stratifikasi sosial yang berawal dari ketidaksamaan dalam kekuasaan dalam mengakses sumber daya.

Menurut Bierstedt (1970) pembagian kerja adalah fungsi dari ukuran masyarakat
  1. Merupakan syarat perlu terbentuknya kelas.
  2. Menghasilkan ragam posisi dan peranan yang membawa pada ketidaksamaan sosial yang berakhir pada stratifikasi sosial.
Konflik Sosial

Konflik sosial di sini dianggap sebagai suatu usaha oleh pelaku-pelaku untuk memperebutkan sesuatu yang dianggap langka dan berharga dalam masyarakat. Pemenangnya adalah yang mendapatkan kekuasaan yang lebih dibanding yang lain. Dari sinilah stratifikasi sosial lahir. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan dalam pengaksesan suatu kekuasaan.

Hak Kepemilikan

Hak kepemilikan adalah lanjutan dari konflik sosial yang terjadi karena kelangkaan pada sumber daya. Maka yang memenangkan konflik sosial akan mendapat akses dan kontrol lebih lebih dan terjadi kelangkaan pada hak kepemilikan terhadap sumber daya tersebut. Setelah semua akses yang ada mereka dapatkan, maka mereka akan mendapatkan kesempatan hidup (life change) dari yang lain. Lalu, mereka akan memiliki gaya hidup (life style) yang berbeda dari yang lain serta menunjukannya dalam simbol-simbol sosial tertentu.

Salah satu contoh dalam lingkungan sekitar kita yaitu, bagi orang yang memiliki lapisan sosial tertinggi dilingkungannya maka orang tersebut akan mendapatkan sesuatu yang istimewa dimasyarakatnya. Seperti dihormati, dilindungi, dihargai, serta memiliki wibawa yang tinggi. Karena mereka memiliki tempat atau derajat yang sangat tinggi, tetapi semua itu kembali lagi kepada individu. Contohnya pada lingkungan dapat dilihat dari adanya ketua Rw, ketua Rt, kemudian masyarakat lingkungan tersebut. Ketua Rw memiliki kedudukan yang tinggi sehingga stratifikasi sosial tertinggi pada lingkungan tersebut akan berada pada ketua Rw, dan masyarakat lingkungan tersebut akan menghormati dan menghargai karena kedudukan tersebut. Begitu pula dengan profesi sebagai aparatur negara contohnya polisi dan TNI, seseorang yang memiliki kekayaan lebih dari sekitarnya, dan yang memiliki pengetahuan tentang agama, maka mereka akan medapatkan stratifikasi atau tingkat kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Karena tentunya mereka akan lebih dihargai dibandingkan dengan masyarakat sekitar dilingkungan tersebut. Dan dapat dilihat pula dengan membandingkannya dengan seseorang yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, pedagang atau yang lebih dianggap memiliki ekonomi yang kurang memadai. Mereka akan mendapatkan stratifikasi rendah. Karena mereka minim mendapatkan penghormatan dari lingkungan sekitarnya. Mereka yang harus menghormati yang lain yang memiliki tingkatan diatas mereka. Misalnya dapat dilihat pada saat diadakannya acara dilingkungan tersebut. Seseorang yang memiliki tingkatan tertinggi hanya akan membicarakan dan merencanakannya. Sedangkan yang rendah-lah yang akan menjalankan acara dan akan mengeluarkan tenaga lebih untuk melakukannya. Sehingga dapat terlihat jelas adanya pembedaan dalam penentuan stratifikasi sosial di masyarakat sekitar. Sehingga kadang menimbulkan konflik antar masyarakat.



0 komentar:

Posting Komentar